Orang
tua juga bisa membandingkan sikap dan perilaku anak di sekolah dan di rumah,
karena biar bagaimana melepas anak ke sekolah berarti mempercayakan kepada
orang lain dan bersiap dengan segala pengaruh yang akan diterima siswa. Apakah
membawa perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan keinginan orang tua
atau tidak. Dalam rapor itulah semuanya terjabarkan.
“Jika kita tidak mau bekerja keras di usia tua, maka
belajarlah dengan keras di usia muda, sehingga kita bisa bekerja secara cerdas
di usia produktif kita”.“MEMBENTUK GENERASI YANG CERDAS DALAM BERFIKIR DAN TERPUJI DALAM BERPERILAKU DAN MENGEMBANGKAN KREATIFITAS SISWA, MEMBIASAKAN SISWA BERFIKIR KRITIS DAN CERDAS DAN MEMBIASAKAN SISWA UNTUK BELAJAR DENGAN GIAT DAN TERATUR UNTUK MERAIH DAN MENINGKATKAN PRESTASI."
UPT SDN 12 API - API BAYANG
PENERIMAAN RAPOR SEMESTER 1 (SATU)
di
UPT SDN 12 API-API proses mengambil rapor merupakan salah satu agenda penting saat
sekolah memberikan hasil belajar dan evaluasi siswa kepada orang tua, sebagai
sebuah hasil dari proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Orang tua
tentu berharap anaknya akan berkembang, dalam pola pikir, prilaku, dan
pergaulan sehari-hari ke arah yang lebih baik.
MENUNGGU DATANGNYA WAKTU PENERIMAAN RAPOR
UPT SDN 12 API-API saat
ini sudah menyelesaikan ujian semester, Ujiannya lancar, hasilnya diharapkan mudah-mudahan
bagus pada waktu penerimaan rapor. Lalu, apa kegiatan kami saat menunggu
datangnya waktu penerimaan rapor?
Classmeeting………
Classmeeting mempertemukan semua siswa dalam suatu kegiatan yang
berbentuk pertandingan dan perlombaan. Ajang ini akan memberi kesempatan kepada
siswa untuk saling mengenal lebih dekat serta memelihara sikap sportifitas.
Perlombaan serta pertandingan bernilai persaingan untuk memperoleh hasil
terbaik. Siswa harus bersaing secara sehat dan sportif dalam meraih kemenangan
atas siswa lain. Kalah atau menang persoalan biasa. jadi, dalam pertandingan
atau perlombaan harus ada yang menang dan kalah. Ini harus dipahami oleh semua
siswa.
Melalui
kegiatan classmeeting ini dapat ditemukan siswa yang memiliki bakat dan minat
menonjol dalam satu bidang kegiatan ekstrakurikuler, classmeeting dapat
dijadikan sebagai langkah untuk mencari siswa berprestasi di bidang kegiatan
ekstrakurikuler.
KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI
Kepemimpinan Kepala Sekolah UPT SDN 12 Api-Api Kec.
Bayang merupakan inti dari manajemen yang berperan sebagai penggerak,
dinamisator, dan koordinator, dari segala sumber daya manusia dan sumber daya
yang lain yang ada di UPT SDN 12 Api-Api Kec. Bayang dan juga sebagai faktor
kunci dalam aspek menejerial untuk mencapai sasaran–sasaran tertentu.
Disamping
itu kepemimpinan yang dinamis Kepala Sekolah Kami dan efektif merupakan sumber daya
yang paling pokok, sedangkan kepemimpinan seseorang akan mewarnai pola kerja
serta cara mengakomodasikan seluruh fungsi yang ada dalam mendukung terwujudnya
tujuan UPT SDN 12 Api-Api Kec. Bayang.
Kepemimpinan kepala sekolah UPT SDN 12 Api-Api Kec.
Bayang yang efektif harus memiliki sikap mandiri, terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia. Kemandirian dan profesionalisme kepala sekolah kami merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap. Selain itu, kepala sekolah harus mampu mengambil
keputusan yang bijaksana secara tepat waktu dan tepat sasaran, tanpa harus
menunggu perintah dari pimpinan yang ada di atasnya.
Untuk mengadakan perubahan atau melaksanakan program, selalu
dimulai dari diri sendiri, langkah pertama harus dilaksanakan sampai
finish sebelum memerintahkan yang lain untuk melangkah. Dengan kata lain,
menjadikan diri sendiri sebagi contoh/teladan bagi rekan-rekan guru yang lain.
Diharapkan dengan melihat hasil dari perbuatan/tindakan Kepala Sekolah,
rekan-rekan yang lain merasa terpanggil untuk melaksanakan program yang sudah
direncanakan. Seperti kata peribahasa :
“SATU TELADAN LEBIH BERMAKNA DARI PADA SEJUTA KATA”.
MENJADI GURU YANG BAIK DAN DISAYANGI
GURU KELAS : AGUS SYAFRIATI, S.Pd |
Gunakan bahasa, cara, metode yang sederhana agar anak didik kita cepat
memahaminya, dan mampu menghidupkan suasana kelas. Disinilah
kesulitan para guru. Mengapa sulit dikarenakan beragam karakter dari sang
murid. Bagaiamana kita bisa menguasai kelas kalau kita tidak mengerti
karakter dari mereka (murid).
Menjadi guru yang baik dan
disayang siswa:
1. Menguasai materi pelajaran yang
dipegang.
2. Cara mengajar selalu berbeda.
3. Rajin periksa tugas siswa.
4. Disiplin dan Bertanggung jawab.
5. Humoris.
6. Mendidik dengan hati dan
menginspirasi.
7. Ramah dan selalu tersenyum.
8. Menjaga
penampilan.GURU KELAS : ERNI YANTI, S.Pd.SD |
GURU PJOK: KASMIRMAN, S.Pd |
GURU JAMAN NOW
Oleh
: DONNI SAPUTRA, S.Pd.M.Pd (Kepala UPT SDN 12 Api-Api Kec. Bayang Kabupaten Pesisir Selatan).
Berat
memang tugas seorang guru, digugu dan ditiru, menjadi touladan dan panutan bagi
peserta didik dan lingkungan sekitar, menjadi seorang pengajar , dan lebih
berat lagi adalah menjadi seorang pendidik, banyak orang yang mampu hanya
mengajar, tetapi ketika dia menjadi pendidik agak kesulitan. Ketika guru dengan
semangat tinggi ingin anak didiknya berhasil menerima pelajaran, kadangkala
lupa siguru, ada anak yang dijewer oleh guru, ujung-ujungnya siguru akan
berhadapan dengan orang tua si anak dan berkemungkinan berhadapan dengan pihak
berwajib.
Jadi
guru saat ini serbah salah, mau mendisiplinkan anak dan pembelajaran, sering
berhadapan dengan HAM, maka para guru, beranilah mensiasati, bagaimana
pembelajaran yang disampaikan, bisa diserap oleh siswa, dan kita tidak
bebenturan dengan HAM, pepatah minang mengatakan” seperti mencabut rambut dalam
tepung, tepung tidak tumpah, dan rambut tidak putus” jadilah guru jaman now
yang bisa menyikapi keadaan, yang penting tugas kita mencerdaskan kehidupan
bangsa ini dapat terlaksana.
Ditambah
lagi dalam proses belajar mengajar, sudah lebih kurang 6 tahun kurikulum 2013
diterapkan di Negara yang kita cintai ini, sebagai penganti kurikulum 2006,
sangat tinggi harapan pemerintah terhadap guru, pemerintah berupaya bagai mana
bangsa kita ini cerdas, tidak sedikit dana yang dikeluarkan oleh pemerintah
terhadap dunia pendidikan, mulai dari sertifikasi guru, dan banyak lagi hal
yang lainnya, apakah tidak terketuk hati kita para guru untuk melaksakan
pembelajaran sesuai dengan semestinya, mengawal pembelajaran mulai dari awal
sampai akhir pembelajaran, menggunakan media yang tepat sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, memakai pendekatan yang tepat dan susuai dengan
bidang studi.
Dalam
implentasi kurikulum 2013, telah dlaksanakan pelatihan dan pendamping kepada
guru sasaran bagaimana kurikulum 2013 ini terlaksana dengan baik, tinggal guru
dengan sungguh sungguh melaksanakannya, guru harus bisa mempersiapkan
pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat tersampaikan tepat
sasaran, gunakan lah ICT untuk mencari informasi, dan bahan pembelajaran,
tetapi jangan gunakan ICT untuk mendowload RPP kurikulum 2013, itu tidak akan
paernah cocok dan sesuai dengan buku guru dan buku siswa yang diterapkan
disekolah, kenapa demikian, karena RPP yang di download itu bisa jadi RPP tahun
2013 awal, sementara yang bapak, ibu guru laksanakan saat ini adalah buku guru
dan buku siswa revisi tahun 2017.
Boleh
saja kita berpedoman terhadap RPP yang di download tersebut, tetapi isinya
harus kita sesuaikan dengan buku guru dan buku siswa yng kita punya,
bekreasilah guru, buat pembelajaran semenarik mungkin, sehingga pembelajaran
bergairah, ditambah lagi harapan pemerintah yang tertumpang kepada guru dalam
implementasi kurikulum 2013 diantaranya integrasi Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Integrasi tersebut bukan sebagai program tambahan atau sisipan,
melainkan sebagai cara mendidik dan belajar bagi seluruh pelaku pendidikan di
satuan pendidikan.
Peraturan Presiden
Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menjadikan
pendidikan karakter sebagai platform pendidikan nasional untuk membekali
peserta didik sebagai generasi emas tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan
karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan (Pasal 2).
Perpres ini menjadi landasan awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter
sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Dan
pengembangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga perlu diletakkan dalam
kerangka penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik sesuai dengan tiga
basis pendekatan utama dalam PPK.
Jadilah guru jaman
now, yang bisa memfasilitasi peserta didik menjadi dirinya sendiri, dan dapat
mengembangkan diri secara maksimal, jadikan teknologi untuk memperkaya ilmu
pengetahuan, sehingga akan lahir siswa –siswa yang benar – benar sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 87 tahun 2017 tersebut
Guru jaman now, tidak boleh tua semalam dari siswa, karena siswa saat
ini sangat pintar sekali, karena mereka dapat mengakses internet secara bebas
dirumah, warnet atau dari android yang mereka punya, jangan kita para guru
kelabakan menjawab pertanyaan dari siswa, contoh nyata : seorang guru
menjelaskan manuasia adalah makluk social yang
butuh orang lain, guru bertanya jawab dengan siswa, “dengan apa nanda
berangkat kesekolah tadi”, ada yang menjawab dengan ojek, jalan kaki, diantar
orang tua, dan banyak lagi yang lain. Guru menjelaskan bahwa kita butuh orang
lain untuk dapat sampai di sekolah, ada seorang siswa nyeleneh, saya tidak
butuh orang lain buk, guru menjawab dengan apa tadi nanda kesekolah, siswa
menjawab dengan mobil, guru menjawab lagi, kan ada sopir yang menyetir mobil,
siswa tidak mau kalah dan menjawab lagi, saya nyetir sendiri buk, bearti saya
tidak butuh orang lain. Dari contoh itu guru harus bisa menjawab dan meyakin
kan siswa, sehingga bisa tertanam konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran.
KEPALA SEKOLAH DI ERA ICT
Menjadi kepala sekolah tentu melalui
seleksi oleh pihak yang berkompeten dan sesuai dengan syarat yang diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Yakni, untuk diangkat sebagai kepala sekolah/ madrasah,
seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/ madrasah yang berlaku nasional.
Kualifikasi Umum Kepala
Sekolah/ Madrasah adalah sebagai berikut: a) Memiliki kualifikasi
akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau non
kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi,
b) Pada waktu diangkat sebagai
kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun; c) Memiliki
pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah
masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di
TK/RA; dan d) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai
negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
Selain memenuhi kualifikasi untuk
menjadi kepala sekolah atau menjadi seorang calon kepala sekolah harus memiliki
kompetensi, yang terdiri dari: a) Kepribadian; b) Manajerial;
c) Kewirausahaan; d) Supervisi; e) Sosial.
Dari kelima kompetensi tersebut mau
tidak mau para kepala sekolah harus memilikinya. Kalau ingin sekolah yang di
pimpinnya itu berhasil sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Dalam
mencapai tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam undang undang dasar 1945.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang pesat saat ini, kemampuan dan keahlian kepala sekolah mau
tidak mau, harus mengikuti perkembangan tersebut. Salah satu adalah kemampuan
menggunakan ICT atau computer.
Tidak semua kepala sekolah mempunyai
kemampuan menggunakan ICT tersebut. Mereka lebih banyak hanya mengandalkan
operator. Maka adakalanya yang harus dikerjakan sendiri oleh kepala sekolah
dikerjakan oleh operator sekolah, seperti penilaian kinerja guru atau PKG yang
menggunakan aplikasi PKG.
Rasanya kurang tepat, apabila
penilaian kinerja guru dikerjakan oleh operator sekolah, karena dari 14
kompetensi yang dinilai operator sekolah kurang mengerti atau tidak mengerti
sama sekali indikator penunjang kompetensi tersebut. Sehingga apabila
dipaksakan juga maka, nilai PKG guru tersebut tidak tepat atau kurang akurat,
sebagai akibat dari kesalahan itu nilai angka kreditnya akan asal-asalan.
Contoh lain dari penggunaan ICT
adalah dapodik sekolah. Dapodik sekolah adalah rohnya sebuah sekolah, seluruh
data dan pengembangan sekolah dapat dilihat oleh pemerintah pusat maupun
daerah.
Pemberian bantuan sekolah juga
berdasarkan dapodik sekolah. Jika seorang kepala sekolah tidak mampu
menggunakan atau mengoperasikan ICT atau computer maka ada kemungkinan kepala
sekolah akan dikibuli oleh operator sekolah
Bukan berburuk sangka kepada operator
sekolah, tetapi hal itu bisa saja terjadi, oleh karena itu niatkan diri bagi
kepala sekolah yang belum mengerti menggunakan ICT atau computer jangan malu
untuk belajar. Karena orang bijak mengatakan belajar sepanjang hayat , apabila
tidak ada niat untuk belajar jangan paksakan diri untuk menjadi kepala sekolah,
itu sama saja dengan menyiksa diri sendiri, karena sesuatu yang dipaksakan
pasti hasilnya tidak akan memuaskan.
Diera serba computer atau digital
ini, kepala sekolah harus mampu mengimbanginya, kalau ingin sekolah yang
dipimpinnya itu dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan
Pemerintah sudah begitu banyak
mengeluarkan dana untuk pengembangan pendidikan, supaya pendidikan bangsa yang
kita cintai ini dapat meningkat, dan tidak dijajah lagi oleh bangsa lain.
PTcidak ada salahnya para kepala
sekolaxh bersemangat dan menyinsingkan lengan baju. Sehingga bersinergi dengan
kenginan pemerintah dan seluruh rakyat indonesia.
Kemajuan teknologi tidak bisa
dibendung, maka harus diikuti dan sesuaikan dengan kebutuhan untuk
mengembangkan dunia pendidikan, berusaha memanfaatkan ICT yang semakin canggih
ini untuk mengembangkan lembaga yang kita pimpin, jangan ditakuti tetapi harus
dipelajari.
Sangat banyak manfaan yang akan
diadapat oleh kepala sekolah apabila mampu menggunakan ICT diantaranya adalah :
a) Dapat berbagi informasi dan hasil penelitian dengan lembaga pendidikan lain,
b) Dapat memberi layanan yang lebih baik kepada para peserta didik, d) Dapat
menjangkau peserta didik yang tempatnya sangat jauh. e) Melalui perpustakaan
online, dapat menekan biaya untuk menyediakan buku, dan banyak lagi hal
yang positif yang akan didapat.SUPERVISI AKADEMIK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DONNI SAPUTRA, S.Pd.M.Pd (KEPSEK) |
DONNI SAPUTRA, S.Pd.M.Pd (Kepala UPT SDN. 12
API-API Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan).
Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013
ditentukan oleh guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan. Namun, sosok yang
utama dalam penerapan kurikulum itu adalah guru, oleh sebab itu kepala sekolah
harus pro aktif memantau implementasi kurikulum 2013 dalam bentuk pelaksanaan
supervisi akademik.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan Berubahnya kurikulum dari KTSP 2006 ke
KTSP 2013 secara langsung menuntut peningkatan fungsi supervisi akademik
seorang kepala sekolah. Karena tidak semua guru mampu dan mau melaksanakan
kurikulum 2013 tersebut.
Karena selama ini pembelajaran yang dilakukan
dan dilaksanakan oleh para guru kita adalah guru nya yang lebih banyak aktif
memberikan pelajaran, sementara pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk
belajar mandiri dan menemukan pembelajarannya sendiri, guru hanya sebagai
fasilitator.
Agar pelaksanaan supervisi akademik berjalan
dengan baik maka perlu mengetahui prinsip-prinsipnya. Adapun prinsip-prinsip
adalah sebagai berikut:
1.
Praktis, artinya mudah
dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
2.
Sistematis, artinya
dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan
tujuan pembelajaran.
3.
Objektif, artinya
masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
4.
Realistis, artinya
berdasarkan kenyataan sebenarnya.
5.
Antisipatif, artinya
mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
6.
Konstruktif, artinya
mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran. kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas
(PTK).
7.
Kooperatif, artinya
ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan
pembelajaran.
8.
Kekeluargaan, artinya
mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
9.
Demokratis, artinya
supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. j)Aktif,
artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
10.
Humanis, artinya mampu
menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor.
11.
Berkesinambungan
(supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala
Sekolah.
12.
Terpadu, artinya
menyatu dengan dengan program pendidikan.
13.
Komprehensif, artinya
memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas.
Ruang lingkup supervisi akademik meliputi (1)
. pelaksanaan KTSP 2013, (2) persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran
oleh guru.(3) pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar
isi, dan peraturan pelaksanaannya., dan (4) peningkatan mutu pembelajaran
melalui pengembangan sebagai berikut:
Supervisi akademik juga mencakup buku
kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi
edukatif tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif.
Sasaran utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran.
Variabel yang mempengaruhi prosespembelajaran
antara lain guru, siswa, kurikulum, alat dan buku pelajaran. Serta kondisi
lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus utama supervisi edukatif adalah
usaha-usaha yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang
secara profesional. Sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu:
memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran dengan
mengimplementasikan Kurikulum 2013, guru dan tenaga kependidikan di sekolah
harus mampu mempersiapkan peserta didik menjadi sumber daya manusia yang handal
agar mampu bersaing di masa depan.
Untuk itu, guru sebagai pendidik bersama
tenaga kependidikan di sekolah dituntut untuk mampu mengimplementasikan
Kurikulum 2013 dengan mengembangkan kecakapan abad 21 dalam proses
pembelajarannya.
Dalam penerapan Kurikulum 2013, guru berperan
mengimplementasikan program penguatan pendidikan karakter (PPK). Adapun
nilai-nilai utama karakter sesuai Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017
meliputi nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
Nilai-nilai utama karakter itu diterapkan di sekolah dengan berbasis kelas,
berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat melalui olah hati, olah pikir,
olah rasa, dan olah raga.
Kompetensi 4 C
Selain itu, guru berperan mengembangkan kompetensi 4 C, yang meliputi: 1.
Critical thinking and problem solving skills (peningkatan berpikir kritis dan
memecahkan masalah), 2. Collaboration skills (keterampilan untuk bekerja sama)
3. Creativity skills (kemampuan untuk berkreasi) 4. Communication skills
(kemampuan untuk berkomunikasi) Gerakan Literasi Dasar menjadi sarana siswa
dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku
sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di
lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia.
Dalam penerapan Kurikulum 2013, guru juga
berperan untuk mengembangkan kemampuan Literasi Dasar, yang meliputi: 1.
Literasi Bahasa dan Sastra 2. Literasi Numeracy (Berhitung) 3. Literasi Sains
4. Literasi Digital 5. Literasi Keuangan 6. Literasi Budaya dan
Kewarganegaraan.
Sungguh berat tugas guru, tanpa pemantauan oleh
kepala sekolah sebagai leaders, mustahil itu akan terlaksana dengan baik,
kepala sekolah secara berkala dan terjadwal harus memantau kegiatan guru dalam
kelas melalaui supervise akademik, dan tidak kala penting nya adalah seorang
kepala sekolah harus mempunyai kemampuan dalam menjawab dan memecah seluruh
problema yang dihadapi oleh para guru dalam implementasi kurikulum 2013
tersebut.
http://spiritsumbar.com/supervisi-akademik-dalam-implementasi-kurikulum-2013/
Langganan:
Postingan (Atom)